Mengejar Cinta Pembantu Yang Binal

Posted on

Namaku Danu, aku tinggal di kota B terletak di jawa barat, umur aku 19tahun, wajahku gak bisa dibilang cakep, kulit aku juga gelap, tapi syukurnya aku punya tubuh yang bisa dibilang atletis, tinggi aku 179cm, itu karena kebiasaan aku dulu di sekolah sebagai anggota/pemain basket.

Sebenarnya di usiaku yang terbilang masih muda, aku pengen manfaatin untuk kuliah, aku pengen buktiin ke semua orang kalau aku mampu bersaing di bidang pelajaran. Yah, lagi-lagi karena faktor ekonomi dan keadaan yang gak mendukung, ahirnya aku putusin bekerja saja.

Kebetulan aku harus menjadi tulang punggung keluargaku, aku menggantikan posisi ayahku, karena beliau sudah tak ada lagi dan meninggalkan kita untuk selamanya. Namun selama beberapa kali pindah kerja, karena kurang cocok dan masih kurang untuk membiayai keluarga.

Cari sana cari sini ahirnya aku dapat juga pekerjaan, yah bisa dibilang cukup layak, aku ditawarin kerja sebagai sopir pribadi seorang pengusaha kaya di Jakarta. Aku memang sudah biasa nyopir dari dulu, bahkan kemaren aku baru saja dapat order angkut pasir disebuah kota di jawa tengah.

Tetapi yang membuat aku keberatan bekerja di Jakarta, aku harus meninggalkan keluargaku, aku harus pisah beberapa saat dengan ibu dan adik-adikku, tapi bagaimana lagi , tidak mengapalah yang penting bisa bahagiain keluarga.

Setelah mempersiapkan semuanya, aku berpamitan kepada ibu dan adik-adikku, aku berjanji akan mengirim mereka uang setiap ada rejeki. Sudah berpamitan, aku berjalan mencari angkutan umum menuju terminal bus. Sambil menunggu angkutan datang, hpku berdering menandakan ada telepon masuk dan aku angkat,

“hallo dengan Danu?” terdengar suara lembut wanita diseberang sana menyapaku,
“iyya benar ini dengan siapa” jawab aku,
“Danu lagi dimana? Saya Lia”

“Ohh, maaf bu Lia saya tidak tahu, saya sedang menunggu angkutan menuju terminal, saya berangkat hari ini ketempat ibu Lia” jawab aku agak gugup,
“ga apa-apa, kamu hati-hati yah saya tunggu”.

Sesudah itu percakapan diputus dan ahirnya datang juga angkutan dan berhenti tepat di depanku, setelah aku naik, angkutan kembali berjalan menuju terminal. Selama perjalanan menuju Jakarta, aku selalu dibikin penasaran dengan sosok wanita calon majikan aku “Lia”.

Aku jadi ngelamun sendiri, kalau dari suaranya dia belum terlihat tua deh, galak juga kayaknya enggak..hehe bodo ah liat aja nanti. Singkat cerita aku sudah sampai jakarta, kota yang diliputi dengan kebisingan suara dan asap kendaraan. Panasnya gak karuan saat itu kira-kira jam satu siang.

Aku inget-inget, tadi bu Lia menyuruhku ketemu di rumah makan k****ck Dekat terminal ini, dan segera menghubunginya jika aku sudah sampai di rumah makan itu. Setelah aku memesan tempat duduk, aku segera menghubungi Bu Lia,

“siang bu, ini Danu sudah sampai Jakarta dan sudah di rumah makan yang ibu maksud”,
“oke Danu, saya ke sana sekarang, kamu tunggu bentar yah”.

20 menit berlalu dan aku telah menghabiskan satu botol t eh dingin. Dan tak lama berselang aku melihat wanita yang berjalan mendekat, dia cukup tinggi kalau aku taksir sekitar 169cm, rambutnya panjang bergelombang dengan warna coklat kemerahan, wajahnya cantik mirip-mirippemain sinerton yang belum lama mendapat penghargaan dari Movie Award 2010.

Dia menggunakan pakaian semacam terusan yang mencapai setengah pahanya dipadu dengan stoking hitam yang mempertegas keindahan kakinya. Gila bener nih cewek, coba aja kalo di daerahku ada cewek seindah itu, wah bisa-bisa nikah muda neh, pikirku.hihi Detak jantungku semakin kenceng aja, semakin lama cewek itu semakin mendekat, duh rejeki aku bukan yaah. Memang hampir seluruh meja terisi penuh, kecuali meja yang aku tempatin.

Aku dikagetkan ketika cewek itu benar-benar berada tepat di depanku, dan menyapaku
“Danu yah?” dari suara, sepertinya gak asing buat aku,
“Danu kan?’ tanyanya lagi dan aku dengan gugup menjawabnya

“ii..iyya, ii…ini bu…” aku agak ragu dan aku ulangi sekali lagi “ini benar bu Lia?”,
Dia tersenyum manis sekali dan hanya menjawab dengan anggukan kepalanya,
“mm..maaf bu maaf, silahkan duduk” aku masih saja gugup.

Setelah dia duduk, kami bercakap-cakap untuk mengakrabkan diri, dan aku tahu, ternyata diaa amasih muda dan berhati baik.
“Danu, kamu manggil saya jangan ibu ah, saya malu kalau dipanggil ibu, kamu manggil saya kakak aja yah”
Aku kaget mendengarnya,

“tapi bu, ibu kan majikan saya?”,
“dah…ga papa, saya tidak suka dipanggil ibu, saya lebih suka dipanggil kak aja biar lebih akrab Nu, sekalipun nanti kamu menjadi sopir saya oke”.

Beruntung banget rasanya, punya majikan seperti ini, udah kaya, cantik, seksi, masih muda, pokoknya saat itu aku lagi gembira banget deh, dan tanpa disadari aku mesem-mesem sendiri. Lagi-lagi aku dibikin kaget dan deg-degan gak karuan, soalnya ada yang nyubit lengan aku sambil bilang

“Danu, kamu kenapa kok senyum-senyum gitu, ngelamun apa hayo?”
Setelah beberapa detik baru aku sadar
“mm..maaf bu, eh kak, tt..taadi ingget….ama??rumah aja akak” jawab aku sekenanya..
“Ah payah deh, badan aja yang oke, masa dah gede inget rumah mulu sih” duh aku malu bener.

Setelah selesai makan, akhirnya kita beranjak pulang. Kak Lia nawarin aku yang nyopir,
“Nu, kamu masih capek gak? Kalo dah gak capek tolong sopirin dong, kakak pengen lihat kamu nyopir” ,
“baik kak, aku dah gak capek kok dan siap mengantar kakak kemana aja”.

Selama di perjalanan menuju rumahnya aku dan kak Lia ngobrol panjang, dan setelah itu baru aku tahu, kalau status dia adalah janda yang belum memiliki anak, umur dia 29tahun (pantes aja keliatan muda), dia anak tunggal dan tinggal sendiri. Dipasrahi oleh kedua orang tuanya untuk memegang perusahaan kertas terkemuka di Jakarta, sedangkan ayah dan ibunya memutuskan untuk tinggal di New Zeland.

Sesampainya dirumah kak Lia, aku parkirkan mobil SUV miliknya di garasi samping. Aku dipersilahkan masuk. Megah sekali bangunannya dan bertingkat pula.

“kak, ga ada orang yah?”,
“Ada kok, cuma pembantu”. Kak Lia memanggil pembantunya, “bii..bii..kesini sebentar”,

“iya non Lia” jawab pembantu itu setelah mendekati kak Lia,
“ini bi, Danu temen aku dari kota B, tolong diantarkan kekamar atas ya” kata kak Lia pada pembantunya”,

“mari, mas Danu saya antar ke kamar atas”
Aku bingung banget, kenapa kak Lia gak bilang aja yah kalau aku ini sopirnya.

“Kak Lia, saya pamit dulu ke kamar”,
“iya nu, kamu biar mandi dan istirahat yah”

Mata kak Lia benar-benar indah kupandangi, entah kenapa seolah dia memberikan sebuah isyarat dengan kedipan matanya, tetapi aku tidak tahu apa maksudnya. Setelah menuju kamar yang super megah ini, aku sendiri gak percaya

“kok bisa seorang sopir dikasih fasilitas semewah ini?”
aku gak habis pikir, setelah merasa cukup pikir-pikirnya ampe bingung sendiri, ahirnya aku putusin untuk mandi. Setelah selesai mandi aku lihat jam dinding

sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore. Aku tiduran di kasur dengan bertelanjang dada sambil menatap sekeliling langit-langit. Sampai akhirnya aku tertidur, dan tidur aku pulas sekali. Sungguh benar-benar damai pikiranku saat itu, tidak memikirkan sesuatu yang akan terjadi besok-besok. Setelah terjaga dari tidur dan melihat jam sudah pukul 5 sore, aku kaget dah, merasa bersalah udah tidur terlalu lama.

Lebih kaget lagi ada suara cewek menyapaku
“sudah bangun Nu?”
Astaga, ternyata kak lia ada di kamarku dan sedang duduk di sudut tempat tidurku,
“kak, duh maaf kak, aku tidur terlalu pulas, kakak mau pergi kemana, biar aku antar?’,

“Nggak Nu, kakak ga lagi ada acara keluar, kakak minta maaf yah dah masuk ke kamar kamu tanpa ijin”
duh aku benar-bener gak enak ama kak Lia.

“kak ini kan rumah kakak, jadi kakak bebas mau ngapain aja, kak maaf yah, seharusnya aku gak perlu diperlakukan seperti ini, perlakukanlah aku sebagaimana wajarnya seorang pembantu”,
Mendengar jawabanku kak Lia jadi sedih dan matanya memerah berkaca-kaca, lalu memeluk aku,

“Danu, kakak mohon sama kamu, kamu mau yah jadi bagian dari kakak? Soalnya selama hidup kakak gak pernah merasakan kebersamaan, orangtua kakak lebih memilih berbisnis dan tinggal di New Zeland, kakak pernah menikah, tetapi kakak belum mendapatkan anak, sudah ditinggal pergi oleh suami kakak, setelah bertemu kamu kakak merasa punya harapan baru, dan kakak bisa merasakan kedekatan dengan kamu, kamu gak keberatan dan mau menghargai kakak khan?”

Dia terus menangis dan memelukku, ahirnya aku sudahi lalu mengusap kedua mata dan pipi kak Lia yang basah dengan air matanya,
“iyya kak, aku bersedia, aku akan selalu ada untuk kakak”,
dia kembali memelukku dan berkata “terima kasih kakak sepenuhnya percaya ama kamu.”

Setelah berpelukan, kita kembali saling bertatapan, kali ini lebih berarti dan aku dapat melihat pancaran mata kak Lia tersirat sebuah kebahagiaan yang selama ini terpendam padanya. Lama kita saling bertatapan, tanpa disadari antara wajah aku dan wajah kak Lia semakin mendekat dan pada akhirnya bibir kita saling bertemu, bibir masing-masing hanya diam tidak bergerak seolah sedang meresapi dan menyatukan perasaan kita berdua.

Hanya diam dan merasakan hangatnya hembusan nafas kita berdua yang semakin lama semakin tidak beraturan, samar samar aku dengar ucapan dari kak Lia
“Danu, kakak sayang kamu, tolong berikan kakak kepuasan, dan nikmatilah tubuk kakak sesuka kamu”
Bagai tersambar petir, aku benar-benar kaget, antara tidak percaya, dan rasa gembira campur aduk memenuhi perasaanku.
“Kak, Danu siap memberikan apa saja yang kakak mau, Danu juga siap memberikan kepuasan batin untuk kakak sebaik mungkin”

Kegiatan berciuman kembali dilakukan kali ini lebih memanas, kak Lia menghisap bibir aku dengan kuat dan aku juga tak mau kalah, aku balas dengan lebih agresif memainkan lidahku dalam mulutnya. Lama lidah dan bibir kita saling bergelut, saling membalas, saling menghisap dan saling menikmati.

Kegiatan tersebut berlangsung sekitar 10menit dan belum ada tanda-tanda akan berhenti, terlebih aku, aku sangat menikmati bibirnya yang lembut. Pada menit ke 15 lidahku berpindah turun menghampiri lehernya, harum sekali aromanya, aku cium dan cium lehernya tanpa henti, aku beri gigitan kecil yang meninggalkan tanda merah Di lehernya, kak Lia hanya mendesah lirih.

Desahan kak Lia makin keras ketika cumbuan aku pada lehernya berpindah ke tengkuknya dan di balik telinga bagian belakang. Terus aku berikan cumbuan, dan desahannya semakin menjadi dan sudah menyerupai jeritan, ketika aku beranikan meremas dadanya dibalik baju yang masih dikenakannya.

Aku remas dengan agak kuat dadanya yang besar itu, kenyal sekal rasanya. Oh iyya pembaca, sebenarnya ini bukan pertamakalinya aku menikmati wanita, dari umur aku masih 16tahun aku sudah menikmati surga dunia dengan pacar-pacar aku dulu, meskipun kuakui seluruh wanita yang aku pacari tidak ada yang menyamai kecantikan dan keindahan kak Lia sedikitpun.

Kembali pada cerita, aku terus mencumbunya dan meremas-remas dadanya, sedangkan kak Lia terus mendesah, sampai ahirnya kak lia beranjak dari kasur dan berdiri. Aku kaget sekali, pasti dia akan marah besar, memaki dan mengusirku atas kelancanganku.

Belum hilang rasa kagetku, tiba-tiba kak lia kembali tersenyum dan menghampiri wajahku sambil mencium pipiku, aku jadi bingung, dan setelah itu dia kembali berdiri dan dengan gerakan perlahan dia mulai melepas pakaiannya satu persatu dari baju terusannya berikut stoking hitam yang dia pakai ikut dilepas.

Sampai hanya menyisakan bra hitam yang terlihat tidak sepenuhnya menutupi dadanya, dan cd nya yang juga berwarna hitam, namun terlhat transparan, bisa aku ketahui dari bulu-bulu vaginanya yang bisa kulihat dari balik Cd nya. Lega rasanya, aku jadi tambah yakin kalau kak Lia serius dengan ucapannya tadi.

Secara reflek aku langsung menerkamnya untuk kembali mencumbuinya, namun ketika aku baru mau memeluknya, aku ditahan olehnya dan dipersilahkan untuk duduk kembali dikasur. Sudah aku duduk baru dia menghampiriku lalu jongkok dihadamanku, aku baru tahu maksud dia setelah dia memegang dan meremas penisku, perlahan tapi terasa sekali remasannya walaupun masih di balik celana aku.

Lalu dia meminta aku melepas celana pendekku, aku langsung turuti saja perintahnya, dengan berdiri sejenak lalu aku lepas celana pendekku, dan munculah daging yang memanjang menyerupai botol, penis aku gak gede-gede amat sih, panjangnya cuma 17,5cm diameternya sekitar 3,7cm an, begitu celanaku terlepas langsung saja penisku ikutan mencuat. Iyyah, memang aku sudah lama gak lagi make cd alasan gak nyaman aja.

Setelah itu, aku duduk kembali dan penisku langsung disambut oleh tangan dan jari-jari lentik kak Lia yang kukunya dihiasi inai/kitek warna hitam, nyaman sekali penisku berada pada genggamannya. Tak lama kemudian penisku mulai dikocoknya maju mundur atas bawah, nikmat sekali rasanya, tanpa disadari dari mulut aku mulai kelur desahan nikmat ketika penis aku mulai dikulumnya.

Nikmat sekali kulumannya, dan tak lama kemudian dia mulai mengkombinasikan antara kuluman dengan permainan tangannya, sungguh luar biasa aku dibuat menjerit-jerit gak karuan. Kak Lia benar-benar menguasai teknik itu.

Hampir-hampir aku mengeluarkan maniku, tetapi aku buru-buru menghentikan aktifitas kak Lia, dan aku segera membaringkannya lalu kembali mencumbu bibirnya yang kemudian turun ke lehernya dan ahirnya terfokus pada dadanya yang masih terbungkus bra hitam, secara perlahan aku mulai membuka branya yang menghalangi dadanya, dengan memohon agar kak Lia mengangkat sedikit punggungnya agar aku dapat melepas kaitan bra kak Lia,

Setelah terlepas baru aku dapat melepas keseluruhannya dan sekarang terpampang dengan jelas daging kembar yang besar dan kencang, dihiasi puting yang imut berwarna merah muda, merupakan pemandangan terindah yang pernah aku lihat. Aku kembali meremasnya, namun kali ini dengan keras, karena gemes sekali, sampai-sampai kak Lia sedikit menjerit dibalik desahannya

“Danu, sakiit, pelan-pelan aja sayang”

lalu aku kembali meremasnya dengan pelan, dan mulutku yang sudah gak sabar itu akhirnya aku tempelkan di payudaranya sebelah kiri, lidahku dengan agresif menjilat seluruh permukaan dadanya, dengan sedikit memberi gigitan kecil, sedangkan tangan kiri aku meremas-remas dada bagian kanannya.

Aku terus lakukan kombinasi antara gigitan dan jilatan pada dada sebelah kirinya, kemudian penjelajahan bibirku berhenti tepat pada putingnya, dan tak sia-sakan itu, aku langsung lumat dan hisap habis putingnya sampai kak Lia menjerit keras. Begitu juga pada dada bagian kanannya aku perlakukan hal sama.

Selelah puas menikmati dada kembarnya, aku turunkan posisi aku, jilatanku turun pula dari dada kembarnya menuju perut dan terus turun sampai tepat mendarat pada selangkangan yang masih tertutup oleh cdnya, namun tetap saja dapat terlihat bagian dalamnya karena cdnya berbahan transparan,

Ketika tanganku menyentuh cdnya, owh, basah sekali, dan setelah hidung aku didekatkan, mulai tercium aroma kewanitaannya, entah seperti apa aromanya aku tak dapat menggambarkannya, namun benar-benar membuat nafsuku semakin tinggi, tak sabar lagi langsung hidungku aku tempelkan di cdnya dan aku hirup dalam-dalam aroma itu.

Aku mulai menurunkan cdnya, aku turunkan sampai kelututnya dan sampai akhirnya terlepas jatuh kebawah oleh gerakan khaki kak Lia sendiri. Aku dibikin gelap mata oleh pemandangan ini, vagina basah yang merah merekah, dihiasi klitoris imut plus bulu-bulu yang tidak terlalu lebat, tanpa membuang-buang waktu lagi, aku benamkan wajah dan lidahku ke vaginanya,

Lidah aku langsung menghisap dan menelan cairan birahi yang sudah membanjiri vagina kak Lia, hmm…rasanya biasa seperti vagina pada umumnya, namun vagina milik kak Lia lebih manis, aku jilat terus tanpa henti dan jilatanku mulai terfokus pada klitorisnya yang semakin mengeras,

“sssshhh….ooowh..terusin nuu, ooooohhh nikmat nu, sedot yang kuatt,
ahhh….nuuu…kakak hampir sampee….ahhh kakak pengen keluar”
kak Lia terus tak henti-hentinya mendesah dan menceracau tak jelas dan meliak liuk seperti cacing kepanasan ketika aku memainkan lidahku pada klitorisnya dan menghisapnya kuat-kuat.

Mendengar jeritan dan rintihannya, aku terus menggosok klitorisnya dengan lidahku, sedangkan tangan aku keatas memainkan kedua bukit kembarnya, meremasnya denganlembut dan sesekali dengan gerakan agak kasar. Sampai aku mendengar teriakan kuat kak Lia dan rambutku ditarik kuat-kuat berikut kepalaku dijepit dengan kakinya, dan tak lama kemudian
“aaaahhhhhsssshhh aaaawwhhhh nuuu nikkmaaattt” cairan kental putih keluar dari celah vaginanya.

Kak Lia mendapatkan orgasme pertamanya dengan singkat. Aku telan semua cairan cinta kak Lia sampai bersih. Aku hanya memandanginya dan ikut berbaring di sampingnya. Setelah 5 menit berlalu, nafasnya mulai tidak tersenggal-senggal lagi, kak Lia sudah dapat mengatur nafasnya.

Melihat dia sudah tenang, aku sedikit bangkit lalu mengecup keningnya, kak Lia hanya tersenyum dan memejamkan matanya. Setelah aku kembali berbaring, kak lia memelukku dari samping dan membalas kecupanku. Kita sama-sama tersenyum dan berciuman sejenak, lalu kak Lia berkata jika tadi nikmat sekali, da sudah lama tak merasakan belaian laki-laki semenjak ditinggal oleh suami brengsek yang tega mencerainya.

Kak Lia hanya berpesan kepadaku untuk setia kepadanya dan menyuruhku berjanji akan selalu mendampinginya. Maka dengan tanpa paksaan aku menyetujuinya dan berjanji akan terus mendampinginya. Aku merasa damai sekali ketika berada didekatnya, begitu pula sebaliknya dengannya.

“Kak Lia sayang, masih capek gak?”
Dia mengerti maksudku dan mengucapkan maaf karena tahu aku belum ejakulasi,
“aduh, maaf yah sayang, kamu belum sampai yah, hhi masih tegang banget nih, iyya deh kakak puasin yah sayang”.

Kak Lia ahirnya duduk namun menyuruhku auntuk tetap berbaring terlentang, jari-jari lentiknya kembali menggenggam penisku dan mulai mengocoknya, aku mulai mendesah nikmat. Tak lama kemudian lidahnya ikut menyapu bagian atas, lalu dijilatnya bagian kepala penisku yang tegang kemerahan, terus turun ke leher penisku.

Di sini aku mendesah lebih kuat dan merasakan nikmat sekali, setelah seluruh bagian penisku telah dijelajahi dengan lidahnya, baru kemudian perlahan ujung penisku dibenamkan ke dalam mulutnya, terus masuk dan menyentuh tenggorokannya,

“ahhhkkhh kaaaak, nikmat sekali,,ahhhoouh” ku akui dia benar-benar jago mengulum penis, aku benar-benar dibuat tak berdaya, terlebih lagi disertai dengan kocokan lembut tangannya yang seirama dengan gerakan maju mundur penisku dalam mulutnya.

Setelah 10 menit berlalu, aku menyuruh kak lia menghentikan aktifitasnya, karena bisa fatal nantinya, karena aku belum merasakan jepitan vaginanya.

“Kak berhenti dulu, ahh udah kak aku gak tahan,,,kak gantian aja,,memek kakak”
Kak Lia mengerti maksudku dan hanya tersenyum, lalu jongkok tepat di atas penisku.
“Dah gak tahan pengin nikmatin memek kakak yah?”

Aku hanya tersenyum, dan menganggukkan kepala. Kak lia secara perlahan mulai menurunkan pinggulnya, aku membantunya dengan mengarahkan penisku ke lubang vaginanya, perlahan dengan agak susah payah, namun akhirnya penisku dapat masuk bagian kepalanya. Kak Lia mendesah kecil seperti menahan sakit

“kak, sakit yah?”,
“Iyyah Nu, agak sakit,, kakak masukinnya pelan-pelan aja yah, gapapa kan sayang?”,
”iyyah, pelan-pelan aja kak”..

Setelah beberapa saat akhirnya penisku dapat masuk semuanya ke dalam vagina kak Lia, sempit sekali, penis aku seperti di pijat dengan kuat, dan aku seperti dapat merasakan kepala penisku menyentuh dinding rahimnya. Setelah beberapa saat sebagai penyesuaian, dengan perlahan kak Lia mulai menaik turunkan pinggulnya, diawali dengan ringisan seperti menahan sakit, namun tak lama berselang aku dapat merasakan dari ekspresi wajahnya seperti sedang dilanda kenikmatan.

Begitu pula padaku, aku merasakan nikmat yang luar biasa, melebihia vagina-vagina pacarku dulu, penisku seperti dijepit dan dihisap dengan kuat.

“Oowhh…sssshhh…….aaaaahhhhhhwhh,,nikmattt…awh…shhhhhhhhhh” itu yang keluar daria mulut kita berdua, kita berdua sama-sama saling menikmati, saling mendesah, salinga menceracau.

Tiada yang dirasakan kecuali kenikmatan dan kenikmatan. Kita semakin mendesah, suasana kamar itu memanas diliputi aura birahi, dengan ulah aku dan kak Lia. Sambil menikmati kak lia menaik turunkan pinggulnya, aku remas kedua dada kembarnya, kumainkan putingnya, sehingga desahan kak Lia lebih mendominasi di antara kita.

Setelah 20menit dalam posisi yang sama, kak Lia makin memdesah, dan menjerit dengan kuat. Begitu pula aku juga mendesah lebih kuat lagi dari sebelumnya, karena kali ini penis aku benar-benar dijepitnya dengan kuat, memberikan efek yang sangat nikmat tiada tara. Aku melihat kak Lia meringis-ringis, mendesah dan matanya menciut.

”Ahhhhhhhhhh,,Daaaanuu,,kakak sampai lagi, ayoo Nuu jangan lama-lama kita keluarin sama-sama!”,
“iyya kak, Danu juga mau keluaaarrr kak,,,aaaaoowh,,kak, Danu keluarin dimanaaa”?,
“Di dalam aja sayang, vagina kakak pengin disemprot manii kaammmu, ayoo keluarin sama-samaaa, cepetan sayang, keluarin seluruh mani kamu”,

Aahhh…akhirnya kita sampai bersama. Sebelum penisku menyemburkan cairannya, aku merasakan semburan cairan vagina kak Lia berikut pijitan dahsyat, yang membuat aku tak tahan kan diri, dan langsung menyemprotkan cairanku dalam jumlah banyak sampai-sampai tumpah keluar membasahi tautan kelamin kita berdua dan sebagian mengenai kain kasur yang kita naiki.

Tersirat kepuasan di aantara kita berdua, akhirnya kak Lia ambruk dan menindihku sambil memelukku. 10 menit kita menenangkan diri dengan berpelukan, dan aku lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh malam, dua jam aktifitas yang membara. Kita kembali berciuman sejenak, dan saling mengucapkan kata sayang, lalu berpelukkan kembali sebelum sampai akhirnya aku dan kak Lia tertidur sebentar.

Lalu kita terbangun ketika mendengar ketukan pintu kamar ,
“mas Danu, ayo makan malam dulu” suara bibi pembantu kak Lia terdengar dari balik pintu.
“Iyya bi, sebentar saya nanti ke depan”.

Kak lia yang juga sudah terbangun, tersenyum padaku.
“Kak, yok bersihin badan dulu”,

Kami akhirnya memutuskan mandi bersama. Iyyah, di kamar kak Lia yang aku tempati ini terdapat kamar mandi di dalamnya, juga ber ac. Sungguh aku saat itu membayangkan ini adalah takdir terbaik buat aku. Sambil mandi kita juga mengulang kegiatan seperti tadi, namun kali ini dilakukan dengan berdiri, dan kita tidak mengalami kesulitan yang berarti sampai akhirnya kita mencapai puncak kenikmatan bersama.

Setelah selesai mandi, kita kedepan menuju meja makan dan kita makan bersama dengan mesra, aku menyuapin kak Lia, dan kak Lia juga menyuapiku, begitulah sampai makanan berhasil kita habiskan. Kemesraanku dengan kak Lia berikut perjalanan panjang percintaan antara aku dengannya, masih terus berlanjut.